MAROS – Anggota Komisi VII DPR RI berkunjung ke pabrik PT Semen Bosowa Maros (Bosowa Semen) di desa Baruga kecamatan Bantimurung, Maros, Kamis (23/9/2021). Kunjungan tersebut dalam rangka kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR RI masa sidang 1 tahun 2021-2022. Kunker dihadiri Wakil Ketua Komisi, H Eddy Soeparno, SH, MH (PAN), dan lima anggota lainnya. Antara lain H Andi Ridwan Wittiri (PDIP), Ir H M Ridwan Hisjam (Golkar), Rico Sia (Nasdem), H Ali Ahmad (PKB), dan H Rofik Hananto, SE (PKS).

Rombongan diterima Wakil Direktur Utama PT Semen Bosowa Maros, Subhan Aksa, Direktur Manufacturing Syamsul Rijal, Direktur Komersial Ismail Iskandar dan Direktur Keuangan Kuswardono Riwan. Dalam kesempatan tersebut hadir pula Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil, Direktorat Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam serta Bupati Maros H. AS Chaidir Syam, S.IP, MH.
Bupati Chaidir menyatakan jika peran Bosowa Semen untuk Kabupaten Maros sangat besar, karena pembangunan dan serapan tenaga kerja yang hampir 70 persen merupakan putra Maros. Hal tersebut adalah bentuk sinergi Bosowa dengan Pemda Maros, yang juga termasuk penyumbang PAD nomor dua terbesar setelah PT Angkasa Pura 1 di Bandara Hasanuddin.
Pertemuan yang dimulai dengan makan siang tersebut, dewan disuguhi makanan khas Sulsel seperti Sop Saudara, bebek goreng dan bebek Palekko. Namun Wakil Ketua Komisi, Eddy Soeparno menggemari kopi racikan dari pedagang warung kopi asal Sudiang.
“Kopinya enak dan nendang banget, tadi saya baru melek setelah makan siang dan ngopi,” ujar legislator PAN ini.

Dalam pemaparannya, Subhan Aksa melaporkan jika hampir 100 persen proses vaksinasi karyawan di grup Bosowa Semen telah dilakukan, namun di pabrik tetap diterapkan protokol kesehatan. Ia mengeluhkan terkait harga batu bara yang naik di awal 2021. Bahkan peningkatannya mencapai 90%, terlebih lagi penggunaan baru bara sebagai bahan baku semen menyerap 70% dari proses produksi. Serta isu terkait carbon tax, yang akan dibebankan kepada industri yang memakai bahan bakar berbasis karbon yang tentunya akan sangat memberatkan pelaku industri semen.
“Konsumsi nasional 116 juta ton, yang tidak beriringan dengan penjualan 67-70 jt ton/tahun. Ia mengatakan hal ini membutuhkan intervensi dari DPR RI untuk mendukung penyehatan industri semen,” ujar putra bungsu Aksa Mahmud ini.
Terkait hal itu, Eddy Soeparno mengatakan keprihatinannya terhadap industri semen yang over supply. Sebab di Sulawesi ada tiga pabrik semen yang total memproduksi 14 juta ton, namun konsumsi hanya 6,1 juta ton. Sehingga over supply sekitar 50 persen. Hal ini juga makin diperparah dengan adanya pemain baru yang memiliki akses permodalan yang kuat, sehingga mengacaukan harga di pasaran.

“Industri nasional harus tumbuh dan kuat. Kita punya kesempatan karena industri jadi tulang punggung dari kebangkitan ekonomi, termasuk industri semen. Proyek proyek infrastruktur kedepan, ibukota baru di Kalimantan, kita berharap sektor industri dan semen akan terbantu. Khususnya Bosowa, jadi harapan untuk warga Maros,” ujar legislator dapil Jawa Barat III ini. (*)
Link Berita Terkait :